Tidak Ada Dana, Bola Voli Pasir DKI Jakarta Gigit Jari
21-10-2011 03:34
Tribunnews.com - Kamis, 27 Oktober 2011 08:19 WIB
Tribun Jogja/Mona Kriesdinar
Kepala BPPTK Subandriyo menyerahkan kaos Ekspedisi Sabuk Merapi 2011 di halaman kantor Redaksi Tribun Jogja, Rabu (26/10/2011) pagi.
Laporan Wartawan Tribun Jogja, Hanan Wiyoko
TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - Suara musik dangdut terdengar nyaring dari arah lereng Gunung Merapi, Rabu (26/10/2011) malam. Meski berjarak sekitar dua kilometer, kemeriahan permainan voli yang diiringi musik dangdut di Dusun Kalitengah Lor terdengar hingga rumah Kades Glagaharjo, Suroto, di Dusun Kalitengah Kidul.
Permainan bola voli itu digelar tepat setahun peringatan erupsi Merapi. Waktu itu, setahun lalu, dusun-dusun di Kawasan Rawan Bencana (KRB) III di Kabupaten Sleman, DIY, ini ditinggalkan para penghuninya untuk mengungsi. Namun malam ini, permainan bola voli tersebut menunjukkan tidak ada lagi kekhawatiran warga meski ancaman erupsi bisa mengarah ke kampung mereka di arah selatan.
"Warga sudah merasa tenang di sini. Buktinya mereka bisa bermain voli dengan senang," kata Kepala Desa Glagaharjo, Suroto.
Ia kemudian menceritakan, voli yang dilakukan orang-orang di lereng Merapi berbeda dengan voli biasanya. Perbedaan itu terletak pada bola yang digunakan dan lokasi permainan.
"Bola yang digunakan bukan bola voli tapi bola plastik. Lapangannya juga dibuat di halaman rumah warga," lanjut Suroto.
Lantaran tak ada hiburan, permainan yang digelar di waktu malam itu menyedot perhatian warga.
Kades Suroto mengatakan pasca bencana Merapi 2010 warga sebetulnya dilarang kembali ke rumahnya di area KRB III. Di desa tersebut ada 10 dusun yang terkategori rawan. Namun lantaran merasa aman mereka kembali ke rumah masing-masing. Saat erupsi 2010, ada empat warga setempat yang tewas ketika dalam lokasi pengungsian.
"Awan panas dan lahar tidak bakal sampai ke sini. Kami masih merasa tenang karena ada bukit Kendil," pungkasnya.
Voli (Ilustrasi)
Bola.net - Atlet bola voli pantai DKI Jakarta harus gigit jari. Betapa tidak, di saat mereka membutuhkan even kejuaraan untuk menambah jam terbang, tapi tim bola voli ibu kota justru tak bisa berangkat di ajang kejuaraan bola voli kelompok umur di Tarakan, Kalimantan Timur, pada akhir Oktober. Alasannya karena tim bola voli pantai ibu kota tak mempunyai dana untuk mengikuti even kejuaraan tersebut.
"Habis mau gimana lagi, kami tidak ada dana," ujar pelatih Pemusatan Latihan Daerah (Pelatda) bola voli putri DKI Jakarta, Hadi Mulyono, kepada
Bola.net, Kamis (20/10).
Menurut Hadi, tidak bisa memberangkatkan tim ke even kejuaraan di Tarakan, sangat disayangkan. Pasalnya, selain buat menambah jam terbang, even tersebut juga bisa dijadikan momentum untuk menggairahkan para atlet bola voli pantai di ibu kota.
Ya, belakangan gairah para atlet bola voli pasir (sebutan lain bola voli pantai) di ibu kota lesu. Itu karena, minimnya even kejuaraan yang bisa diikuti. Dengan hanya berlatih, atlet bola voli pasir mengalami kejenuhan.
"Makanya, kami menganggap ini momentum yang tepat untuk memompa semangat para atlet bola voli pasir. Tapi, kami tidak bisa berbuat banyak, karena masalahnya dana," tuturnya.
Disinggung soal tim pelatih sudah mengajukan anggaran ke KONI DKI buat mengikuti even kejuaraan di Tarakan, Hadi mengaku itu bukan tugas pelatih. Bahkan, Hadi cenderung menyalahkan pengurus KONI yang kurang respon.
"Semestinya, pengurus KONI mengetahuinya, kalau ada even kejuaraan bola voli pasir di Tarakan. Selanjutnya, pengurus KONI menindaklanjutinya kepada kami," pungkasnya.
(esa/mac)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar